CIRICIRI ORANG YANG BERTAQWA. Salah satu perintah Allah swt. yang banyak disebutkan dalam al-Qur'an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. adalah agar kita, orang-orang mukmin, berusaha mencapai tingkat/derajat taqwa. Taqwa kepada Allah swt. begitu penting, karena dengan taqwa ini, seseorang mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt.
Oleh Moch. Arief Luqman Hakim Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah, Marilah kita bersyukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpah samudera kenikmatan yang tercurah kepada kita. Teriring sholawat dan keselamatan semoga Allah SWT senantiasa limpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah SWT, sepanjang waktu dan di setiap tempat. Semoga kelak kita dipanggil Allah SWT dengan iman dan takwa yang terpatri dalam sanubari kita, aamiin. Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah, Allah SWT menggariskan bahwa kemuliaan seseorang dihadapan-NYA tidak dilihat seberapa kekayaannya, sebagus apa raut wajahnya atau setinggi apa kekuasaan dan pangkatnya. Tetapi seberapa derajat ketakwaannya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ Terjemahnya Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al – Hujurat ayat 13. Dari ayat diatas jelas dipahami bahwa kemuliaan seseorang tidak dilihat jenis kelaminnya, laki atau perempuan, apa bangsanya serta dari suku apa ia berasal karena semua itu semata-mata atas pemberian Allah. Bukan didapat melalui usaha yang dilakukan manusia. Kemuliaan manusia dihadapan Allah dilihat dari kualitas ketakwaannya kepada Allah yang itu dapat dicapai melalui usaha yang dilakukan manusia. Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah, Kata takwa secara bahasa berarti terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar, menjelaskan takwa dari kata wiqayah yang berarti memelihara. Yaitu memelihara hubungan baik dengan Allah SWT, jangan sampai terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhoi dan memelihara segala perintah-Nya agar dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang penuh lumpur atau duri. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu berhati-hati menjaga setiap tutur kata dan laku perbuatannya dari setiap hal yang dilarang atau dimurkai Allah. Pada saat yang sama setiap perbuatan yang dilakukan menjadikan Allah ridha kepadanya. Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah, Ada beberapa indikator untuk mengukur derajat ketakwaan kita masing-masing, sebagaimana firman Allah وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ Terjemahnya Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, QS. Ali Imran ayat 133 الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ Terjemahnya yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Ali Imran ayat 134. Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah, Menurut ayat diatas, setidaknya ada empat indikator orang bertakwa, yaitu Pertama, orang bertakwa adalah orang yang memiliki jiwa sosial tinggi. Ia suka menafkahkan hartanya, baik ketika sedang berlimpah maupun dalam situasi yang sulit. Tidak menunggu kaya agar dapat berinfaq, dalam situasi yang serba terbatas, bahkan kekurangan sekalipun ia berusaha untuk menyisihkan sebagian riski yang dimiliki untuk dinafkahkan di jalan Allah. Kedua, indikator orang bertakwa adalah memiliki kemampuan untuk menahan diri, mengendalikan hawa nafsu, terutama ketika dalam keadaan marah. Marah adalah salah satu sifat dasar manusia, terutama karena suatu sebab yang mendorongnya untuk marah. Tetapi orang bertakwa mampu menahan diri untuk tidak marah, meskipun ia memiliki sebab untuk marah. Ketiga, tanda orang bertakwa berikutnya adalah mudah memaafkan kesalahan orang lain. Meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat kepada orang lain itu sulit, tapi jauh lebih sulit memaafkan kesalahan orang lain kepada kita. Apalagi kalau orang tersebut tidak pernah merasa bersalah dan meminta maaf kepada kita. Keempat, orang bertakwa adalah orang yang berbuat ihsan, yaitu melakukan kebaikan melebihi apa yang seharusnya diberikan. Misalkan ongkos parkir sepeda motor 2000 rupiah. ihsan berarti berbuat baik dengan memberikan lebih dari seharusnya, yaitu diberikan 4000 rupiah kepada petugas parkirnya. Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah, Begitu beratnya menjadi orang bertakwa, Allah SWT menjanjikan keutamaan yang sangat besar, salah satunya sebagaimana firman Allah SWT وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا Terjemahnya …dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar QS. At Talaq ayat 2 وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ Terjemahnya Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya QS. At Talaq ayat 3 Dari ayat tersebut, Allah SWT memberikan karunia yang luar biasa bagi orang yang bertakwa, yaitu memberikan jalan keluar dari segala macam persoalan kehidupan. Setiap manusia dalam kehidupannya pasti dihadapkan oleh permasalahan-permasalahan kehidupan. Allah SWT memberikan jaminan apabila yang menghadapi masalah adalah orang yang bertakwa, maka Allah memberikan jalan keluarnya. Termasuk apabila yang dihadapi terkait masalah ekonomi, maka Allah akan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka datangnya. Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah, Itu adalah balasan Allah bagi orang bertakwa di dunia, sementara dalam kehidupan di akhirat Allah menjanjikan sebagaimana firman-Nya إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ Terjemah Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa. QS. Al – Qamar ayat 54-55 Demikian keutamaan yang akan diperoleh bagi orang-orang yang bertakwa. */sumber
Kalaukita mengaku sebagai orang yang bertaqwa dan merasa bangga dan bahagia sebagai orang yang bertaqwa sudah barang tentu memerlukan pembuktian sebagai ciri-ciri orang yang bertaqwa. Dalam Al-Qur'an telah difirmankan Allah SWT dalam surat Ali Imran : 133 - 135: 133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
KHUTBAH CIRI-CIRI ORANG YANG BERTAQWA Salah satu perintah Allah swt. yang banyak disebutkan dalam al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. adalah agar kita, orang-orang mukmin, berusaha mencapai tingkat/derajat taqwa. Taqwa kepada Allah swt. begitu penting, karena dengan taqwa ini, seseorang mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt. Taqwa adalah buah dari pohon ibadah. Ia merupakan tujuan utama dari setiap perintah ibadah kepada Allah swt. Perintah berpuasa misalnya bertujuan untuk meningkatkan derajat ketakwaan bagi orang-orang beriman. Taqwa yang sesungguhnya hanya diperoleh dengan cara berupaya secara maksimal melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangannya. Ketaatan ini adalah ketaatan yang tulus, tidak dicampuri oleh riya atau pamrih. Banyak sekali ayat-ayat Allah maupun hadis Nabi saw. yang menekankan perintah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Di antarnya adalah firman Allah swt. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. QS. Ali Imran 3102. Firman Allah tentang kedudukan orang-orang yang bertaqwa إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan”. QS. An-Naba’ 78 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ “Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menadakan baginya jalan keluar. Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya”. QS. Ath-Thalaq 65 2-3. Taqwa kepada Allah artinya mempunyai kesadaran akan kehadiran-Nya. Allah selalu dekat dan menyertai kita, selalu mengawasi setiap perbuatan kita sehingga menimbulkan kesadaran agar kita senantiasa berhati-hati, jangan sampai menyimpang dari tuntunan, ajaran, dan ketentuan-ketentuan Allah swt. dalam kehidupan keseharian kita. Hal tersebut akan mendatangkan ketentraman dan ketenangan hati serta kesejahteraan dan keselamatan baik dalam kehidupan di dunia yang sebentar ini, maupun dalam kehidupan di akhirat yang langgeng kelak. Apakah kita sudah berhasil mencapai tingkat taqwa tersebut? Hanya Allah swt. dan kita masing-masinglah yang mengetahuinya dengan tepat. Salah satu ayat al-Qur’an yang membicarakan taqwa adalah surah al-A’raf ayat 26 sebagai berikut يابنى آدم قد أنزلنا عليكم لباسا يوارى سوءاتكم وريشا ولباس التقوى ذلك خير ذلك من ءايات الله لعلهم يذكرون “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa Ia telah menyediakan dua macam pakaian bagi manusia Pertama, pakaian lahir yang mempunyai 2 dua fungsi pokok, yaitu untuk menutupi aurat atau melindungi fisik orang dari bahaya yang datang dari luar dan fungsi kedua sebagai hiasan. Para ulama menjelaskan bahwa pakaian lahir yang disebut dalam ayat itu, di samping pakaian yang kita kenakan sehari-hari, berarti pula semua kenikmatan duniawi yang dianugrahkan Tuhan kepada kita yang memang kita butuhkan dalam hidup ini. Misalnya kesehatan badan, penguasaan ilmu pengetahuan yang luas dan dalam, perolehan rezeki/harta yang cukup, dan kekuasaan duniawi. Itu semua adalah perkara lahir yang dibuthkan manusia dalam hidupnya di dunia ini. Kedua, pakaian batin, atau dalam ayat di atas disebut “pakaian taqwa”. Pakaian taqwa ini –menurut ayat di atas- ternyata lebih baik dan lebih pentng ketimbang pakaian lahir. Ini karena pakaian taqwa akan memperindah ruhani, hati dan jiwa manusia. Pakaian taqwa akan menentukan apakah pakaian lahir tadi bermanfaat atau tidak. Banyak orang berpakaian lahir, tapai tidak berpakaian taqwa, maka pakaian lahir tadi tidak memberikan manfaat apa-apa untuknya di dunia maupun di akhirat. Al-Hasan al-Bashri, ulama besar yang hidup pada akhir abad VII M, dalam telaahnya tentang pengertian taqwa yang terkandung dalam surah al-A’raf ayat 26 di atas, mengungkapkan ciri-ciri orang yag bertaqwa kepada swt., sebagai berikut Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya; Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran; Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya; Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin; selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun kaya; Murah hati dan murah tangan Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat; Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah Disiplin dalam tugasnya; Tinggi dedikasinya; Terpelihara identitas muslimnya setiap perbuatannya berorientasi kepada terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat; Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain; Kalau ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu; Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan “Kalau makian anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku. Kalau teguran anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu. Kalau kita mempunya ciri-ciri seperti di atas, berarti kita pantas merasa telah mencapai tingkat ketaqwaan keapda Allah swt. dan tentu harus kita pwlihara serta tingkatkan terus menerus. Pakaian taqwa dengan ciri-ciri seperti di atas yang telah kita perjuangkan; menenunnya/merajutnya dengan susah payah sepanjah hidup kita ini janganlah dirusak lagi. Semoga Allah swt. menuntun kita masing-masing untuk mencapai tingkat taqwallah seperti di atas.
Golonganini adalah golongan muttaqin, yaitu: golongan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman di dalam QS. Ath-Thalaq ayat 2-3. وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا. "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar ".
Materi khutbah Jum’at berikut ini membahas tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa menurut Al Qur’an Surat Ali Imran Ayat 133-136. Pada ayat tersebut terdapat tiga ciri-ciri orang yang bertaqwa yang kemudian akan mendapat Syurga. KHUTBAH PERTAMA إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ Hadirin ma’asyiral muslimin Rakhimakumullah..Di hari yang penuh berkah ini, marilah kita bersama-sama berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Berusaha dengan segala upaya untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT. Sebab, dengan taqwa umat manusia dijamin selamat di dunia hingga di akhirat kelak. Ma’asyiral muslimin sidang jum’ah Rakhimakumullah..Pada setiap sholat Jum’at kita senantiasa diingatkan oleh khotib untuk selalu meningkatkan taqwa kepada Allah SWT. Kita selalu dihimbau untuk memegang teguh taqwallah. Namun, pertanyaannya kemudian, kita harus bagaimana agar termasuk orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT? Untuk menjawab pertanyaan ini, Allah SWT telah berfirman dalam AL Qur’an Surat Ali Imron Ayat 133-136. وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ Hadirin ma’asyiral muslimin Rakhimakumullah.. Ayat tersebut memberi penjelasan bahwa orang yang selalu minta ampun kepada Allah SWT akan mendapatkan syurga seluas langit dan bumi. Dan semua itu diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa yaitu الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ yaitu orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan, Ayat selanjutnya وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzhalimi diri sendiri, segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka ma’asyiral muslimin Rakhimakumullah..Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang tergolong bertaqwa adalah orang-orang yang memiliki ciri Pertama, orang-orang yang berinfaq atau menyisihkan sebagian hartanya baik di waktu lapang maupun sempit. Dalam sebuah hadist Riwayat muslim, dari Abu Hurairah dijelaskan bahwa قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَاابْنَ آدَمَ! أَنْفِقْ عَلَيْكَ “Allah Yang Mahasuci lagai Mahatinggi berfirman, Wahai anak Adam!’ berinfaklah, niscaya Aku berinfak memberik rizki kepadamu” Hadist ini memberikan pemahaman kepada kita semua bahwa Allah memerintahkan untuk berinfaq dan Allah pula yang akan mencukupi ma’asyiral muslimin Rakhimakumullah..Orang yang termasuk bertaqwa Kedua yaitu orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dalam hadits Riwayat Abu Dawud, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ » “Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya membanggakannya pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai kemudian Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya” HR Abu Dawud no. 4777, at-Tirmidzi no. 2021, Ibnu Majah no. 4186 dan Ahmad 3/440 Hadirin ma’asyiral muslimin Rakhimakumullah..Ketiga, orang yang termasuk bertaqwa adalah orang-orang yang orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzhalimi diri sendiri, maka orang tersebut segera mengingat Allah. Tak hanya mengingat Allah, tapi mereka segera istighfar kepada Allah SWT dan tidak akan meneruskan perbuatan dosa tersebut. Inilah yang dinamakan dengan taubatan nashuha. Hadirin ma’asyiral muslimin Rakhimakumullah..Demikianlah tiga ciri-ciri orang yang bertaqwa menurut Allah SWT. Mudah-mudahan kita semua tergolong orang-orang yang bertaqwa. Amin.. Amiin.. Ya Robbal Alamiin.. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ , أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله َلِيْ وَلَكُمْ وَلِكَافَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ , فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ KHUTBAH KEDUA اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْموُاالصَّلآة
KhutbahJum'at 46, Sifat-sifat Orang Yang Bertaqwa & Menutupi Kesalahan Orang Lain. Khutbah Jumat, 21 Rabius Tsani 1435 H / 21 Februari 2014 M. Sifat-sifat orang yang bertakwa. Khutbah Pertama.
Siapakah diantara kaum muslimin yang tidak kenal istilah takwa? Sering kali dalam khutbah seorang khatib selalu mewasiatkan untuk takwa kepada Allah. Sebenarnya, apa itu takwa?? Pengertian Takwa Secara Bahasa dan Istilah Definisi takwa secara bahasa menurut kamus mu’jam al wasith adalah al khasyah dan al khauf yang artinya takut dan khawatir. Sedangkan secara istilah takwa yang akan kita bahas kali ini ialah takwa kepada Allah subhanahu wata’ala, yang artinya adalah takut kepada kepada Allah dengan senantiasa menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Baca Juga 6 Hikmah Zakat dalam Kehidupan Ciri-ciri Orang Bertakwa Al-Quran telah banyak sekali menyebutkan dan membicarakan tentang siapa dan bagaimana ciri-ciri orang yang bertakwa. Berikut ini akan kami jelaskan ciri mereka yang terkandung dalam surat Al-Baqoroh ayat 1 – 5 1. Pedomannya Adalah Al-Quran Al-Quran adalah firman Allah ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam yang apabila kita membacanya maka bernilai pahala. Ia merupakan pedoman utama bagi seluruh kaum muslimin. Di dalam kitab ini terdapat firman-firman Allah yang tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya. Semua ayat dalam Al-Quran adalah mutlak kebenarannya dan tidak ada kesalahan satupun. Maka termasuk ciri seorang muslim yang bertakwa ialah apabila ia menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk baginya. الم* ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ Alif laam miim. Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, QS. Al-Baqarah 1-2 Al-Muttaqin yang di maksud dalam ayat tersebut adalah mereka yang khawatir akan hukuman dari Allah jika meninggalkan perintah dari-Nya dan senantiasa berharap pada rahmat Allah karena mengakui kebenaran segala apapun yang datang dari-Nya. Seperti apa yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas radhiallaahu anhu berikut ini yang termaktub dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir sebagai berikut عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ {لِلْمُتَّقِينَ} أَيْ الَّذِينَ يَحْذَرُونَ مِنَ اللَّهِ عُقُوبَتَهُ فِي تَرْكِ مَا يَعْرِفُونَ مِنَ الْهُدَى، وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ فِي التَّصْدِيقِ بِمَا جَاءَ بِهِ Ibnu Abbas menafsirkan kata [bagi mereka yang bertakwa], adalah Ialah orang-orang yang takut akan hukuman dari Allah karena meninggalkan petunjuk yang mereka ketahui, dan mengharapkan rahmat-Nya karena mengakui kebenaran apapun yang datang dari-Nya. Tafsir Ibnu Katsir 2. Beriman dengan Hal Ghaib Ciri-ciri kedua orang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghaib. Disebutkan dalam firman Allah ta’ala الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ mereka yang beriman kepada yang ghaib QS. Al-Baqarah 3 Iman secara bahasa adalah membenarkan Tashdiq dan mengakui Iqrar, sedangkan ghaib berarti tidak terlihat. Adapun yang dimaksud beriman kepada yang ghaib pada ayat tersebut adalah beriman kepada segala hal yang ghaib seperti beriman kepada Allah, malaikat, hari kiamat, dan lain sebagainya. Disebutkan dalam tafsir عَنْ الرَبِيْعِ بْنِ أَنَسٍ، الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بَالْغَيْبِ آمَنُوْا بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ وَلِقَائِهِ، وَآمَنُوا بِالْحَيَاةِ بَعْدَ الْمَوْتِ. فَهَذَا كُلُّهُ غَيْبٌ Dari Ar-rabi’ ibnu Anas, bahwa maksud dari [mereka yang beriman kepada yang ghaib] adalah Mereka beriman kepada Allah, malaikat-Nya, para utusan-Nya, hari kiamat, surga-Nya, neraka-Nya, bertemu dengan-Nya, dan beriman dengan kehidupan setelah kematian, yang mana itu semua merupakan perkara yang ghaib. Tafsir Ath-Thabari Beriman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Allah itu Dzat yang Maha Wujud, Maha Esa baik itu dari segi uluhiyyah, rububiyyah, maupun asma’ wa sifat-Nya. Konsekuensi dari beriman kepada Allah adalah beriman kepada segala hal yang berasal dari-Nya, baik itu hal yang tampak maupun tidak tampak atau ghaib. Maka yang dikatakan orang yang beriman adalah orang yang beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh Allah ta'ala dalam Al Quran melalui lisan Rasul-Nya seperti adanya malaikat, para utusan terdahulu, hari kiamat, surga, neraka, kehidupan setelah mati dan lain sebagainya. Apabila ia hanya beriman pada Allah namun tidak beriman kepada apa yang datang dari-Nya maka ia tidak dikatakan beriman kepada Allah. Karena ia telah menafikan konsekuensi dari iman kepada Allah itu sendiri. 3. Mendirikan Shalat Adapun ciri-ciri orang bertaqwa yang ketiga adalah bahwa ia senantiasa mendirikan sholat. Allah ta’ala berfirman وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ yang mendirikan shalat Al-Baqarah 3 Apabila kita memperhatikan firman Allah tentang perintah sholat maka kita akan mendapati kata "sholat" selalu didahului dan disandingkan dengan lafadz aqiimuu atau yuqiimu, atau yuqiimuuna, dan sejenisnya yang artinya adalah “mendirikan” atau "menegakkan". Jarang sekali bahkan mungkin tidak kita jumpai lafadz yang mengandung arti perintah sholat dalam Al-Quran langsung berbentuk fi’il amr, seperti sholluu atau sholli, kecuali dalam shurat Al-Kautsar dimana makna perintah sholat yang dimaksud bukanlah sholat lima waktu yang diwajibkan, akan tetapi bermakna sholat idul adha. Maka dari itu firman Allah yang berkaitan dengan sholat menunjukkan bahwa sholat itu bukan hanya sekedar dikerjakan. Akan tetapi sholat itu harus didirikan atau ditegakkan Iqoomussholah. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ{وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ} قَالَ إِقَامَةُ الصَّلَاةِ تَمَامُ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالتِّلَاوَةِ وَالْخُشُوعِ وَالْإِقْبَالِ عَلَيْهَا فِيهَا Dari Ibnu Abbas, maksud dari [yang mendirikan shalat] adalah Menegakkan shalat adalah menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan, khusyuk, dan menghadirkannya di dalam shalat. Tafsir Ath-Thabari Telah jelas perkataan Ibnu Abbas tersebut bahwa mendirikan shalat itu berbeda dengan sekedar mengerjakannya. Mendirikan sholat itu mencangkup setiap kesempurnaan seseorang ketika melaksanakannya. Maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa termasuk ciri orang-orang yang bertakwa ialah seorang yang berusaha untuk sempurna tatkala melaksanakan shalatnya. Baik itu ketika berdiri, rukuk, sujud maupun kekhusyukannya. Ketika rukuk, mereka benar-benar berusaha menjadikan rukuknya sesempurna mungkin sebagaimana apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Ketika sujud, maka dengan segenap kemampuannya ia berusaha agar seluruh anggota badan mereka bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sempurna. Bacaan ayat Al-Quran, doa-doa, dan pujian-pujian yang mereka ucapkan dalam shalat juga diucapkan dengan benar disertai penghayatan yang mendalam terhadap apa yang mereka ucapkan. Pikiran dan hati mereka senantiasa fokus, khusyuk dan tidak teralihkan terhadap hal-hal lain diluar sholat. Ketika syaitan membisikkan waswas ke dalam hatinya maka mereka berusaha melawan dan menolaknya agar kembali pada kekhusyukannya. 4. Menginfakkan Sebagian Rezeki Ciri orang yang taqwa selanjutnya adalah menginfaqkan sebagian rezeki yang mereka miliki. Allah ta’ala berfirman وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Al-Baqarah 3 Sesungguhnya hakikat rezeki adalah pemberian dari Allah. Termasuk diantara ciri orang-orang yang bertakwa yaitu mereka akan senantiasa menginfakkan rezeki yang mereka miliki karena mereka mengetahui bahwa hakikatnya harta itu bukan miliknya. Mereka meninfaqkan sebagian rezekinya semata-mata hanya karena ingin mengharap kedekatan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. عَنِ الضَّحَّاكِ {§وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ} قَالَ كَانَتِ النَّفَقَاتُ قُرُبَاتٍ يَتَقَرَّبُونَ بِهَا إِلَى اللَّهِ عَلَى قَدْرِ مَيْسُورِهِمْ وَجَهْدِهِمْ، حَتَّى نَزَلَتْ فَرَائِضُ الصَّدَقَاتِ سَبْعُ آيَاتٍ فِي سُورَةِ بَرَاءَةٍ، مِمَّا يُذْكَرُ فِيهِنَّ الصَّدَقَاتُ، هُنَّ الْمُثْبَتَاتُ النَّاسِخَاتُ Dari Ad-dhohak, yang dimaksud [dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka] adalah Yaitu nafkah-nafkah qurubaat yang mana dengan nafkah tersebut mereka mendekatkan diri kepada Allah sesuai kadar kemudahan dan kesungguhan mereka dalam menafkahkannya, sehingga turunlah sedekah wajib yakni zakat yaitu tujuh ayat dalam surat Bara’ah At-taubat, dari berbagai sedekah yang Allah sebutkan dalam ayat-ayat tersebut. Yang mana tujuh ayat tersebut merupakan ketetapan dan nasikh ataupengganti hukum dari ayat ini. Tafsir Ath-Thabari Dahulu di zaman Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tatkala ayat ini diturunkan, belum disebutkan ketentuan jumlah harta yang harus infaqkan dan kepada siapa harta tersebut diserahkan. Sehingga ayat ini difahami para sahabat bahwa yang dimaksud ayat ini adalah menginfaqkan harta kepada keluarganya. Mereka para sahabat yang memiliki ketakwaan yang tinggi tentu akan berlomba-lomba untuk memperbanyak infak dari rezeki yang mereka peroleh bahkan sampai hampir menghabiskannya. Lalu setelah surat At-Taubah ayat 60 turun maka mulailah ada kewajiban zakat dengan ketentuan jumlah harta yang ditetapkan dan kepada siapa harta tersebut diserahkan. Namun, menurut Ibnu Jarir ayat ini bermakna umum yaitu bisa nafkah dan juga zakat. Maka dalam ayat ini dapat kita ambil pengertian bahwa orang-orang yang bertakwa memiliki ciri khas yaitu selalu menginfaqkan atau menafkahkan hartanya kepada yang berhak mendapatkan nafkahnya; seperti keluarga, anak-anak, orang tua, istri dan lain sebagainya. Ia juga senantiasa mendatangkan kewajiban-kewajiban yang berkenaan dengan hartanya baik itu zakat maupun nafkah. 5. Beriman kepada Kitab-kitab Allah Ciri berikutnya dari orang yang bertakwa adalah ia beriman kepada kitab-kitabnya Allah. Allah ta’ala berfirman وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ dan mereka yang beriman kepada Kitab Al Quran yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu Al-Baqarah 4 Manusia adalah makhluk lemah yang tidak mengetahui kebenaran tanpa ada yang menunjukkannya. Maka dari itu agar mereka mengetahui kebenaran, Allah mengutus diantara para hamba-Nya untuk menjadi seorang Rasul. Mereka diutus oleh Allah dengan membawa kitab yang berisi kebenaran dari Allah. Diantara kitab yang telah diturunkan oleh Allah ialah Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud alaihis salam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihis salam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa alaihis salam, dan Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman kepada semua kitab tersebut dan mengakui kebenar pada kitab-kitab tersebut bahwa datangnya adalah benar dari Allah subhanahu wata’ala. Orang yang bertakwa tidak membeda-bedakan semua kitab tersebut dan tidak pula membanding-bandingkannya, karena turunnya adalah benar-benar dari Allah subhanahu wata’ala. Lalu mengapa saat ini ada yang memperdebatkan antara kitab Al-Quran dengan kitab yang lainnya? Jawabannya adalah karena kitab selain Al-Quran yang beredar saat ini bukan berasal dari Allah. Mereka ahli kitab banyak yang merubah-rubah isi kitab Allah. Maka dari itu kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka sedang membanding-bandingkan kitab Al-Quran dengan kitab Allah yang lain. Karena yang sedang mereka bandingkan adalah kitab Al-Quran dengan kitab palsu yang mereka klaim berasal dari Allah. Hal ini menunjukkan bahwa, ternyata tidak semua kitab-kitab tersebut terjaga keontentikannya sampai saat ini. Banyak diantara orang-orang fasik yang sengaja merubah, dan menghilangkan sebagian dari isi kitab tersebut. Maka kitab-kitab yang dijumpai saat ini tidak bisa kita katakan 100% berasal dari Allah karena ada campur tangan manusia di dalamnya. Adapun kitab yang sampai saat ini masih terjaga keasliannya dan tidak ada satu hurufpun yang dirubah oleh manusia dan murni keasliannya dari Allah subhanahu wata’ala adalah kitab Al-Quran Al-Karim. عن ابن عباس،"والذين يؤمنون بما أنزِل إليك وما أنزل من قبلك" أَيْ يُصَدِّقُونَكَ بِمَا جِئْتَ بِهِ مِنَ اللَّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَمَا جَاءَ بِهِ مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ، لَا يُفَرِّقُونَ بَيْنَهُمْ وَلَا يَجْحَدُونَ مَا جَاءُوهُمْ بِهِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِمْ Dari Ibnu Abbas, maksud [dan orang-orang yang beriman dengan apayang diturunkan kepadamu Muhammad dan apa yang diturunkan sebelummu] adalah Mereka membenarkanmu Muhammad dengan kitab yang engkau bawa dari Allah azza wa jalla, dan kitab yang dibawa oleh para utusan sebelummu. Mereka tidak membeda-bedakan diantara mereka, dan mereka tidak membantah kitab dari sisi Tuhan mereka yang datang kepada mereka. Tafsir Ath-Thabari 6. Meyakini Keberadaan Akhirat Ciri yang keenam dari orang yang bertakwa adalah meyakini akan keberadaan adanya akhirat. Allah ta’ala berfirman وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Al-Baqarah 4 Akhirat adalah hari dimana seluruh manusia dikumpulkan untuk diberikan keadilannya. Semua hak anak Adam yang tidak diselesaikan di dunia akan diselesaikan di akhirat. Setiap orang yang dzalim akan rugi karena pahalanya akan diberikan kepada orang yang didzalimi. Setelah semua tuntutan sesama anak Adam selesai maka amalan mereka akan ditimbang oleh Allah. Barang siapa yang amalan baiknya lebih berat dari pada amalan buruknya maka surgalah tempatnya. Dan barang siapa yang amalan jeleknya lebih berat dari pada amalan baiknya maka nerakalah tempatnya. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman terhadap kabar akan adanya akhirat. Mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa akhirat itu benar-benar ada sebagaimana mereka meyakini bahwa diri mereka itu ada. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ {وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ} أَيْ بِالْبَعْثِ وَالْقِيَامَةِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْحِسَابِ وَالْمِيزَانِ، أَيْ لَا هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا كَانَ قَبْلَكَ وَيَكْفُرُونَ بِمَا جَاءَكَ مِنْ رَبِّكَ Dari Ibnu Abbas, [serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat] maksudnya adalah mereka yakin dengan kebangkitan, kiamat, surga, neraka, perhitungan amal, timbangan amal. Maksudnya mereka bukanlah orang-orang yang menyangka bahwa mereka beriman pada apa yang ada sebelummu Muhammad akan tetapi tidak mau beriman dengan apa yang datang kepada engkau dari tuhanmu. Tafsir Ath-Thabari Ringkasan Orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah dan selalu mengharapkan rahmat-Nya. Al-Quran adalah petunjuk. Namun akan benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa meyakini bahwa hal yang ghaib itu ada walaupun mereka tidak pernah melihatnya. Orang yang bertakwa senantiasa berusaha menyempurnakan dan menegakkan shalatnya. Rizki yang pada hakikatnya adalah pemberian dari Allah akan selalu dinafkahkan sebagiannya karena mencari ridha dari Allah. Orang yang bertakwa adalah orang yang mengimani seluruh apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam dan apa yang diturunkan kepada rasul-rasul alaihis salam sebelum Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam. Orang yang bertakwa sangatlah yakin dengan keberadaan hari akhir.
Salahsatu perintah Allah swt. yang banyak disebutkan dalam al-Qur'an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. adalah agar kita, orang-orang mukmin, berusaha mencapai tingkat/derajat taqwa. Taqwa kepada Allah swt. begitu penting, karena dengan taqwa ini, seseorang mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt.
اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Pada momentum penuh berkah ini mari kita senantiasa mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah swt atas anugerah nikmat yang tidak bisa kita hitung satu-persatu. Rasa syukur ini harus kita ungkapkan dari mulut kita biqauli Alhamdulillahirabbil alamin’, diteguhkan dalam hati kita, dan diwujudkan dalam tindakan nyata di kehidupan kita. Dengan tiga cara bersyukur ini mudah-mudahan, Allah swt akan selalu melanggengkan sekaligus menambah nikmat-nikmat kita. Selain mengingatkan untuk senantiasa bersyukur, khatib juga mengingatkan kepada diri khatib pribadi dan umumnya kepada para jamaah untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Jangan sampai kita menjadi golongan sebaliknya, yakni orang yang meninggalkan perintah-Nya, melakukan larangan-Nya serta tidak merasa berdosa bahkan bangga dan merasa hebat dengan dosa-dosa yang dimilikinya. Naudzubillah min dzalik. Kita harus sadar, sesadar-sadarnya bahwa kita hanya hidup sebentar di dunia dan tidak ada yang perlu disombongkan dan merasa hebat dari orang lain. Allah swt telah mengingatkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 37 وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا Artinya “Janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” Ayat ini mengingatkan kepada kita agar tidak sombong dan dan menjauhi sikap membangga-banggakan diri serta merasa paling hebat dari orang lain. Terlebih merasa hebat dari sang khalik, Allah swt. Kita diingatkan untuk menyadari kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kita, bersikap rendah hati, dan tidak bersikap sombong atau takabur. Sebab, sebagai manusia yang memiliki kemampuan terbatas, kita tidak akan sanggup mencapai sesuatu di luar kemampuan diri kita. Sombong adalah satu dari sifat melampaui kemampuan diri dan juga melampaui sifat-sifat yang Allah swt miliki. Allah melarang kita berjalan di muka bumi dengan sombong. Berjalan dengan sombong di muka bumi bukanlah sikap yang wajar, karena bagaimanapun kerasnya derap kaki yang dihentakkan di atas bumi, tidak akan menembus permukaannya dan bagaimanapun juga tingginya ia mengangkat kepalanya, tidaklah dapat melampaui tinggi gunung. Dari segi ilmu jiwa, orang yang biasa berjalan dengan penuh kesombongan, berarti dalam jiwanya terdapat kelemahan. Ia merasa rendah diri, sehingga untuk menutupi kelemahan dirinya, ia berjalan dengan sombong dan berlagak dengan tujuan menarik perhatian orang lain. Bukan hanya satu firman Allah yang menegaskan dan mengingatkan untuk tidak sombong dan merasa paling hebat sendiri. Dalam ayat lain Allah berfirman وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ Artinya “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” QS Luqman 18 Dalam Tafsir Kemenag RI disebutkan bahwa ayat ini mengingatkan kita untuk mengedepankan akhlak dan budi pekerti yang baik kepada sesama manusia. Akhlak yang baik ini diwujudkan dengan menjauhi keangkuhan dan sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Di antara tanda-tanda orang angkuh dan sombong adalah saat berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan mukanya, tidak mau menegur atau tidak memperlihatkan sikap ramah. Ia menunjukkan sikap angkuhnya, seakan-akan ia yang berkuasa dan yang paling terhormat dan terhebat. Padahal, kita diperintahkan untuk mengedepankan kesederhanaan atau sikap yang wajar, berbicara dengan sopan dan lemah lembut, sehingga orang lain merasa dihargai dan dihormati. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sombong, takabbur, merasa paling hebat dan berkuasa sendiri merupakan sifat yang dapat menghalangi seseorang masuk surga. Dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud disebutkan لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ Artinya “Tidak akan masuk surga orang-orang yang dalam hatinya terdapat rasa takabur atau sombong meskipun hanya sekecil biji sawi.” Hal ini sesuai dengan sejarah yang menunjukkan bahwa sikap sombonglah yang menjadikan iblis mendapatkan murka dari Allah karena ia tidak mematuhi perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Sifat inilah yang mengeluarkan iblis dari surga. Hal ini termaktub dalam QS Al-Baqarah 34 وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ Artinya “Ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.” Sombong adalah sikap dan sifat warisan iblis yang harus dihindari oleh manusia. Orang yang sombong seringkali tidak akan pernah mau kalah dan mengalah. Andaikata ada yang mengunggulinya, maka ia pun akan bersikap sinis dan berlomba-lomba untuk melebihi yang lain lagi. Orang yang sombong juga memiliki sifat gampang berbohong dengan mereka-reka cerita dan peristiwa yang tujuannya mengangkat dirinya. Hati orang yang sombong dan merasa paling hebat telah mati dan sulit untuk menerima kebenaran. Secara pelan-pelan sebenarnya ia sedang menjerumuskan dirinya ke jurang kehinaan. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah Jumat kali ini. Semoga kita diberi kekuatan untuk menjauhi sikap dan sifat sombong dan merasa paling hebat sendiri agar kita tidak terjerumus pada jurang kehinaan dan kita bisa terhindar dari siksa api neraka. Amin. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
. p95akdmscx.pages.dev/964p95akdmscx.pages.dev/150p95akdmscx.pages.dev/252p95akdmscx.pages.dev/73p95akdmscx.pages.dev/953p95akdmscx.pages.dev/992p95akdmscx.pages.dev/250p95akdmscx.pages.dev/778p95akdmscx.pages.dev/742p95akdmscx.pages.dev/882p95akdmscx.pages.dev/665p95akdmscx.pages.dev/833p95akdmscx.pages.dev/484p95akdmscx.pages.dev/155p95akdmscx.pages.dev/252
khutbah jumat ciri orang bertaqwa